Senin, 22 Mei 2017

MENENTUKAN DIMENSI SALURAN BENTUK TRAPESIUM



Dalam menentukan bentuk dimensi saluran (drainase), maka hal yang perlu diperhatikan ialah debit rencana air yang akan melewati saluran. Jika drainase tidak mampu menampung debit air maka akan terjadi overflow yang tentu saja dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas penambangan. Berikut cara menentukan dimensi saluran dengan memperhitungkan debit rencana:


Dimana :
h = Tinggi saluran basah
a  = kemiringan dinding saluran
B = lebar saluran basah
t   = lebar saluran atas
Q = Debit rencana saluran
n  = koefisien kekerasan dinding saluran
b  = 2 (1/tan (90-y))
e  = 1/tan θ
S  = Grade, %.
Langkah kerja :
Langkah pertama, kita harus mencari debit rencana air limpasan puncak (Qp). Debit rencana dapat dihitung dengan menggunakan persamaan rasional (US Soil Conservation Service, 1973 dalam Asdak, 1995)
Q = 0,278.C.I.A
Dimana :
C = koefisien limpasan
I = Intensitas hujan per jam
A = catchment area
Koefisien air limpasan (run off) adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara air limpasan dengan jumlah air hujan. Penentuan koefisien limpasan dalam rancangan penyaliran air tambang umumnya menggunakan “the catchment average volumetric run-off coefficient”. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain: kondisi permukaan tanah, luas daerah tangkapan hujan, kondisi tanaman penutup, dan lain-lain. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga koefisien limpasan, antara lain kondisi permukaan tanah, luas daerah tangkapan hujan, kemiringan permukaan tanah. Tiap-tiap permukaan tanah (surface) mempunyai koefisien limpasan berbeda-beda, dan secara umum dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

No.
Kemiringan
Tata guna Lahan Tutupan (Land Use)
Koefesien Limpasan
1.
< 3 %
- Sawah, rawa
- Hutan, perkebunan
- Perumahan dengan kebun
0,2
0,3
0,4
2.
3 – 15 %
- Hutan, perkebunan
- Perumahan
- Tumbuhan yang jarang, daerah tambang
- Tanpa tumbuhan, daerah penimbunan
0,4
0,5
0,6
0,7
3.
> 15 %
- Hutan
- Perumahan, kebun
- Tumbuhan yang jarang
- Tanpa tumbuhan, daerah tambang
0,6
0,7
0,8
0,9

















Untuk keperluan rancangan penyaliran air tambang, nilai koefisien limpasan (C) yang saya pilih adalah 0,9. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa rencana pengembangan dan peningkatan produksi ini dilakukan pada daerah-daerah dengan kemiringan > 15%, di daerah bukaan tambang tanpa tumbuh-tumbuhan
Intensitas hujan per jam dapat dihitung dengan persamaan :
I = R24 jam/24 jam x (24 jam/t)2/3
Dimana :
R24 = curah hujan rencana
t     = periode waktu (jam)
Untuk keperluan perhitungan, maka intensitas curah hujan rencana (I) di asumsikan 3,10 mm/jam. Untuk perhitungan secara matamatis mengenai curah hujan rencana akan saya bagikan besok.
Catchment area diasumsikan seluas 1,97 km2. Catchment area dapat diperoleh berdasarkan data survey.
Sehingga Q = 0,278.0,9.3.10.1,97 = 1,53 m3/s
Langkah kedua, adalah mencari koefisien kekerasan dinding.

Tipe dinding saluran
n
Semen
0,010-0,014
Beton
0,011-0,016
Bata
0,012-0,020
Besi
0,013-0,017
Tanah
0,020-0,030
Gravel
0,022-0,035
Tanah yang ditanami
0,025-0,040

Langkah ketiga, adalah mencari nilai (e).
Nilai (e) diperoleh dari 1/tan θ dimana sudut yang digunakan adalah 60 derajat, sehingga 1/tan(60) = 1/tan(radians(60) = 0,5774.
Langkah keempat, kemiringan saluran dinyatakan dalam persen (%). Biasanya yang digunakan adalah grade 2%.
Langkah kelima, mencari nilai (b).
b  = 2 (1/tan(90-y))
y  = 90 – (180-90-w)
w = 90 – x/2
x  = 90 -a


a  =

a = OAB + OBC
   = 60 + X = 90
               X = 90 -60
               X = 300
W = 90 – 30 / 2 = 30
 y = 90 – (180-90-30)
    = 90 -60 = 30
 b = 2 (1/tan (90-y))
      = 2 (1/tan (90-30))
    = 2 (1/tan (radians (60)) = 1,1547
Jadi, tinggi saluran basah (h) adalah :
h=1,53m/s/{(1/0,025)(1/2)2/3(2%)1/21,1547+(1,1547+2. 0,5774)}3/8
h = 0,59 m
Ø  Lebar saluran dasar (B)
B = b.h
B = 1,1547.0,59 = 0,684 meter

Ø  Lebar saluran atas (t)
t = (2.e.h) + (b.h)
t = (2.0,5774.0,59) + (1,1547.0,59)
t = 1,363 meter.





ESTIMASI PENURUNAN AIR GENANGAN SUMP



Volume air pada sump yang melebihi batas critical point dapat menyebabkan air meluap ke loading point, sehingga dapat mengurangi produksi.
Contoh kasus :
Sebuah sump dengan kapasitas volume air maksimal yang boleh terdapat pada sump tersebut adalah 19.627,39 m atau berada pada level ait 17,50 MDPL. Namun, aktualnya volume air pada sump tersebut sebesar 74.798,58 m. Level air tersebut berada di atas critical point pada sump, yaitu 18 MDPL, sehingga air pada sump meluap ke expose coal. Direncanakan ada 2 unit pompa yang akan di letakan di sump tersebut, dengan waktu pemompaan 20 jam/hari serta debit air yang akan keluar adalah 100 liter/detik. Hitunglah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pompa tersebut agar level air pada sump berada di bawah critical point.
Diket :
Volume sump di bawah critical point = 19.627,39 m
Jumlah pompa                                     = 2 Unit
Debit pemompaan                               = 100 liter/detik
Working hour (WH) pompa                = 20 jam/hari
Penyelesaian :
1 jam          = 60 menit
20 jam        = 20 jam x 60 menit       = 1200 menit
1200 menit = 1200 menit x 60 detik = 72000 detik
Sehingga,
72000 detik x 100 liter/hari             = 7.200.000 liter/hari
7.200.000 liter/hari x 2 unit pompa = 14.400.000 liter
14.400.000 liter/1000 = 14.400 meter/hari jadi, kapasitas pompa adalah 14.400 meter/hari dengan asumsi bahwa penurunan volume dengan kondisi tanpa hujan.
Dari data-data di atas waktu yang dibutuhkan untuk pompa agar level air berada di bawah critical point dapat dihitung dengan persamaan :
= (Volume actual air sump di atas batas critical – volume air sump yang direkomendasikan) / kapasitas pompa
= 74.698,58 m – 19.627,39 m / 14.400 m/hari
= 55.071,19 m / 14.400 m/hari
= 4 hari