Senin, 19 Februari 2018

MANAJEMEN ENGINEERING MINE PLAN


Prinsip manajemen Mine Plan adalah merencanakan dan memastikan pekerjaan monthly, weekly sesuai dengan design serta tidak adanya overbudget.

Faktor/satuan terkecil yang harus dipenuhi :

A. MINE DESIGN
Tujuan :
Design Weekly dan Monthly berdasarkan target

Yang Harus Dilakukan :
1. Membuat design tambang daily, weekly, monthly.
2. Menghitung PA unit sesuai target produktivity
3. Membuat opsi-opsi operational terkait matching fleet
4. Membuat plan strategi pekerjaan sesuai dengan prioritas pekerjaan
5. Membuat plan dewatering


Ukuran Keberhasilan :
1. Design Monthly sesuai standart target dan mengakomodir material secara maksimal
2. Penggunaan unit, fuel dan man power sesuai standart volume, budget, porduktivity dan profit.
3. Opsi matching fleet yang digunakan sesuai dengan budget
4. Scheduling operational tambang yang tidak mati langkah
5. Time frame pekerjaan OB Removal dan Coal Getting sesuai plan
6. Time frame pekerjaan General dan kendali air sesuai dengan plan


B. IMPLEMENTASI DESIGN KE OPERATIONAL
Tujuan :
1. Arah kemajuan tambang dan disposal sesuai dengan design

Yang Harus Dilakukan :
1. Monitoring pemasangan boundary sequence dan disposal sesuai dengan design
2. Monitoring kemajuan tambang PIT dan Disposal
3. Monitoring pekerjaan dewatering dan general sesuai plan

Ukuran Keberhasilan :
1. Tersedianya rambu operational baik batas sequence maupun acuan elevasi di PIT dan Disposal
2. Kemajuan di Tambang dan Disposal sesuai dengan design
3. Pekerjaan General dan Dewatering berjalan sesuai timeframe yang sudah direncanakan
4. Budget operational sesuai dengan plan
5. tercapainya target OB Removal dan Coal Getting

C. BY DESIGN-BY OPERATIONAL
Tujuan :
1. Menghasilkan hasil dari pekerjaan weekly sebagai acuan penyusunan strategi selanjutnya
2. Menganalisa pemenuhan plan design yang belum terpenuhi atau yang menghambat

Yang Harus Dilakukan :
1. Pengumpulan dan Analisa Data :
a. Kontrol penggunaan budget operational
b. Kontrol pencapaian produksi OB Removal dan Coal Getting baik daily maupun weekly
c. Melakukan pemetaan kendala operational
d. Pengumpulan data dengan melakukan scaning lapangan

2. Koordinasi dan Kalibrasi :
a. Koordinasi antara department Produksi dan Engineering

3. Reporting :
a. Collecting dokumentasi foto harian aktivitas tambang
b. Collecting soft copy staging plan.

4. Preemtive Mati Langkah :
a. Analisa planning sequence monthly
b. Collecting data rencana kerja monthly :
- Koordinasi antara mine plan dan tim survey terkait rencana kerja monthly
- Memastikan design monthly dari engineering tersedia
- Koordinasi dengan department produksi terkait opsi lain diluar rencana monthly

c. Membuat alternatif strategi dan opsi rencana
- Membuat simulasi terkait design
- Meminta alternatif/saran ke Department engineering

Ukuran Keberhasilan :
1. Budget operational sesuai dengan plan
2. Tercapainya target OB Removal dan Coal Getting
3. Data dan kendala operational terpetakan dan teranalisa
4. Data dan dokumentasi operational harian tersedia
5. Hasil analisa menjadi bahan evaluasi dan acuan untuk strategi kedepannya
6. Semua kendala operational dapat terkalibrasi
7. Laporan By Design By operational tersedia
8. Tersedianya opsi strategi monthly untuk operational tambang
9. Tersedianya alternatif strategi diluar rencana kerja engineering

MANAJEMEN INSTRUKTUR KERJA HARIAN (IKH) ENGINEER MINE PLAN



Prinsip dari IKH adalah :
1. Aktivitas Unit & Man Power terpetakan sesuai kebutuhan lapangan.
2. Lokasi kerja/area tambang sesuai dengan Sequence
3. Target produktivity per shift/day tercapai
4. Frekuensi Aspek K3LH (Keselamatan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup) terkendali.

Faktor/point Yang harus dipenuhi : 

A. Unit
Tujuan :
1. Terencananya kebutuhan unit yang selaras dengan PA unit dan target Produksi.

Yang Harus Dilakukan :
1. Pemetaan unit terbaik
2. Koordinasi bersama dengan Planner RM (Repair & Maintenance) terkait Penetapan schedule maintanance
3. Pemetaan Unit Spare

Ukuran Keberhasilan :
1. PA unit alat tersedia sesuai kebutuhan.

B. Man Power 
Tujuan :
1. Tersedianya skill unskill sesuai sesuai kebutuhan lapangan

Yang Harus Dilakukan :
1. Berkoordinasi dengan Depatment HRD terkait :
a. Penetapan Rooster
b. Pemetaan Manpower
c. Pemetaan Skill Unskill 

Ukuran Keberhasilan :
1. Man power secara skill unskill terpetakan dan terpenuhi.

C. Aspek K3LH
Tujuan :
1. Mengendalikan Frekuensi Aspek K3LH
2. Mencegah Potensi KTA dan TTA

Yang harus dilakukan :
1. Observasi area/lokasi kerja
2. Demarkasi area/lokasi kerja yang berpotensi timbulnya KTA dan TTA
3. Menegakan responsibility pengawasan terhadapan aspek K3LH

Ukuran Keberhasilan :
1. Frekuensi Aspek K3LH terkendali

D. Area/Lokasi Kerja
Tujuan :
1. Mengontrol kegiatan produktivitas
2. Menegakan responsibility pengawasan terhadap area/lokasi kerja 

Yang harus dilakukan :
1. Pemetaan aktivitas pekerjaan unit yang sesuai contoh : PC 1250 dengan HD 465
2. Menentukan target yang akan dicapai
3. Membuat rekayasa engineering sesuai Kondisi Lapangan
4. Mengidentifikasi kegiatan yang berpotensi turunnya produktivitas

Ukuran Keberhasilan :
1. Produktivitas terkontrol
2. Lokasi kerja/area sesuai dengan sequence

MANAJEMEN KENDALI AIR



MANAJEMEN KENDALI AIR

Prinsip dari Manajemen Kendali Air adalah Pengaturan Arah Aliran Di Area Tangkapan Air sehingga tidak ada air yang menggenang di area tambang dan air dari luar daerah tangkapan tidak masuk ke area tambang.

Faktor/satuan terkecil yang harus dipenuhi adalah :
 
A. SUPER ELEVATION MAIN ROAD & DISPOSAL
Tujuan :
1.       Memastikan air tidak berhenti dan terus mengalir sampai ke sump atau sump sementara.

Ukuran Keberhasilan :
1.       Air mengalir dari tengah ke samping jalan
2.       Air mengalir dari tengah ke samping disposal

Yang harus dilakukan :
1.       Pemetaan & Penempatan Operator Grader yang tepat
2.       Menyediakan unit Support yang siap operasi (Kondisi sehat)
3.       Kendali ketat terhadap pengawasan saat pekerjaan
4.       Reconturing & Spriding top soil hingga menyisakan lapisan material yang keras.

B.  SUMP
Tujuan :
            1.    Menampung air hujan yang langsung jatuh vertikal ke area tambang (bukan genangan air)

Ukuran keberhasilan :
1.       Hanya Air Hujan Yang Jatuh Vertikal Di Atas Area Tambang Yang Ditampung.

Yang harus dilakukan :
1.       Pembuatan Design :
                   Prosedur kerja :
a.       Pengambilan data topografi
b.      Pengelolahan data dalam bentuk peta
c.       ACC
d.      Melaksanakan kegiatan & evaluasi
2.     Menghitung Debit Air/Rencana Debit Air Yang Tertampung di Area Tangkapan
Prosedur Kerja :
a.       Mengumpulkan data curah hujan dari BMKG
b.      Perhitungan luasan area sump
3.      Memilih Unit Yang Sesuai Untuk Pengerjaan Sump
Prosedur Kerja :
a.       Analisa predicted loss pekerjaan sump
b.      Hasil analisa menghasilkan pemilihan unit yang sesuai

      C.  PERIMATER DITCH
Tujuan :
1.       Hanya Hujan Yang Jatuh Vertikal Diatas Tambang Yang Dikelola Menuju Ke Sump, Selebihnya Dialirkan Keluar Area Tambang (Langsung ke Settling Pond)

Ukuran Keberhasilan :
1.       Aliran air dari area tambang terarah ke settling pond sebelum mengalir keluar ke saluran aliran umum
2.       Tidak adanya air yang masuk ke area tambang

Yang Harus Dilakukan :
1.       Membuat paritan dikaki bench (TOE) Bench di tiap bench
2.       Membuat paritan yang mengarah ke settling pond.

      D.      JENJANG DAN GRADE AREA FRONT
Tujuan :
1.       Mengarahkan Aliran Air menuju Saluran Utama Di Kaki High Wall Dan Maksimal  Menghasilkan Aliran Gravitasi

Ukuran Keberhasilan :
1.       Arah Aliran Air Menuju Ketitik Terendah/ke Sump
2.       Tidak ada Genangan Air.

Yang Harus Dilakukan :
1.       Membuat jenjang Elevasi Ketinggian Area Front
Prosedur Kerja :
a.       Pembuatan Design yang harus menunjang jenjang elevasi ketinggian area front
b.      Persetujuan design
c.       Pemetaan unit dan petugas yang siap operasi
d.      Pengawasan ketat dan evaluasi terhadap produktivity per jam

CATATAN :
Genangan air di area tambang dapat menyebabkan jalan undulating, licin, material bahan galian tergenang, disposal/front undulating dan licin serta mining loss akibat proses sliperry yang intens. Jalan,disposal dan front yang undulating dapat menyebabkan unit hauler mengalami patah AS pendek dan memperbesar cycle time unit, sedangkan jalan yang licin berpotensi terjadinya addcident.

Senin, 22 Mei 2017

MENENTUKAN DIMENSI SALURAN BENTUK TRAPESIUM



Dalam menentukan bentuk dimensi saluran (drainase), maka hal yang perlu diperhatikan ialah debit rencana air yang akan melewati saluran. Jika drainase tidak mampu menampung debit air maka akan terjadi overflow yang tentu saja dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas penambangan. Berikut cara menentukan dimensi saluran dengan memperhitungkan debit rencana:


Dimana :
h = Tinggi saluran basah
a  = kemiringan dinding saluran
B = lebar saluran basah
t   = lebar saluran atas
Q = Debit rencana saluran
n  = koefisien kekerasan dinding saluran
b  = 2 (1/tan (90-y))
e  = 1/tan θ
S  = Grade, %.
Langkah kerja :
Langkah pertama, kita harus mencari debit rencana air limpasan puncak (Qp). Debit rencana dapat dihitung dengan menggunakan persamaan rasional (US Soil Conservation Service, 1973 dalam Asdak, 1995)
Q = 0,278.C.I.A
Dimana :
C = koefisien limpasan
I = Intensitas hujan per jam
A = catchment area
Koefisien air limpasan (run off) adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara air limpasan dengan jumlah air hujan. Penentuan koefisien limpasan dalam rancangan penyaliran air tambang umumnya menggunakan “the catchment average volumetric run-off coefficient”. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain: kondisi permukaan tanah, luas daerah tangkapan hujan, kondisi tanaman penutup, dan lain-lain. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga koefisien limpasan, antara lain kondisi permukaan tanah, luas daerah tangkapan hujan, kemiringan permukaan tanah. Tiap-tiap permukaan tanah (surface) mempunyai koefisien limpasan berbeda-beda, dan secara umum dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

No.
Kemiringan
Tata guna Lahan Tutupan (Land Use)
Koefesien Limpasan
1.
< 3 %
- Sawah, rawa
- Hutan, perkebunan
- Perumahan dengan kebun
0,2
0,3
0,4
2.
3 – 15 %
- Hutan, perkebunan
- Perumahan
- Tumbuhan yang jarang, daerah tambang
- Tanpa tumbuhan, daerah penimbunan
0,4
0,5
0,6
0,7
3.
> 15 %
- Hutan
- Perumahan, kebun
- Tumbuhan yang jarang
- Tanpa tumbuhan, daerah tambang
0,6
0,7
0,8
0,9

















Untuk keperluan rancangan penyaliran air tambang, nilai koefisien limpasan (C) yang saya pilih adalah 0,9. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa rencana pengembangan dan peningkatan produksi ini dilakukan pada daerah-daerah dengan kemiringan > 15%, di daerah bukaan tambang tanpa tumbuh-tumbuhan
Intensitas hujan per jam dapat dihitung dengan persamaan :
I = R24 jam/24 jam x (24 jam/t)2/3
Dimana :
R24 = curah hujan rencana
t     = periode waktu (jam)
Untuk keperluan perhitungan, maka intensitas curah hujan rencana (I) di asumsikan 3,10 mm/jam. Untuk perhitungan secara matamatis mengenai curah hujan rencana akan saya bagikan besok.
Catchment area diasumsikan seluas 1,97 km2. Catchment area dapat diperoleh berdasarkan data survey.
Sehingga Q = 0,278.0,9.3.10.1,97 = 1,53 m3/s
Langkah kedua, adalah mencari koefisien kekerasan dinding.

Tipe dinding saluran
n
Semen
0,010-0,014
Beton
0,011-0,016
Bata
0,012-0,020
Besi
0,013-0,017
Tanah
0,020-0,030
Gravel
0,022-0,035
Tanah yang ditanami
0,025-0,040

Langkah ketiga, adalah mencari nilai (e).
Nilai (e) diperoleh dari 1/tan θ dimana sudut yang digunakan adalah 60 derajat, sehingga 1/tan(60) = 1/tan(radians(60) = 0,5774.
Langkah keempat, kemiringan saluran dinyatakan dalam persen (%). Biasanya yang digunakan adalah grade 2%.
Langkah kelima, mencari nilai (b).
b  = 2 (1/tan(90-y))
y  = 90 – (180-90-w)
w = 90 – x/2
x  = 90 -a


a  =

a = OAB + OBC
   = 60 + X = 90
               X = 90 -60
               X = 300
W = 90 – 30 / 2 = 30
 y = 90 – (180-90-30)
    = 90 -60 = 30
 b = 2 (1/tan (90-y))
      = 2 (1/tan (90-30))
    = 2 (1/tan (radians (60)) = 1,1547
Jadi, tinggi saluran basah (h) adalah :
h=1,53m/s/{(1/0,025)(1/2)2/3(2%)1/21,1547+(1,1547+2. 0,5774)}3/8
h = 0,59 m
Ø  Lebar saluran dasar (B)
B = b.h
B = 1,1547.0,59 = 0,684 meter

Ø  Lebar saluran atas (t)
t = (2.e.h) + (b.h)
t = (2.0,5774.0,59) + (1,1547.0,59)
t = 1,363 meter.